Membaca Gerakan Literasi Indonesia: Wacana, Aktivisme, dan Resonansi
65000
Apa artinya menjadi bangsa literat di tengah gempuran disinformasi, ketimpangan akses, dan budaya instan? Apakah membaca masih relevan ketika wacana publik dikuasai oleh suara yang paling nyaring, bukan yang paling bernalar?
Apa artinya menjadi bangsa literat di tengah gempuran disinformasi, ketimpangan akses, dan budaya instan? Apakah membaca masih relevan ketika wacana publik dikuasai oleh suara yang paling nyaring, bukan yang paling bernalar?
Buku ini menyusuri jalan panjang gerakan literasi di Indonesia, dari gegap gempita program nasional hingga geliat sunyi komunitas akar rumput. Ia tidak sekadar menginventarisasi kegiatan, tetapi membedah struktur, membongkar dikotomi, dan menantang cara berpikir lama yang terlalu teknokratis. Di tangan penulis, literasi bukan slogan, bukan proyek, bukan statistik. Ia adalah praksis—cara hidup yang sadar, kritis, dan terhubung dengan keadilan sosial.
Buku ini mengajak pembaca untuk memahami literasi bukan hanya sebagai kemampuan membaca teks, melainkan sebagai cara membaca dunia. Mulai dari refleksi atas skor PISA dan multiliterasi, hingga hubungan literasi dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), buku ini menyajikan analisis yang berani dan tidak menye-menye. Ia menggugat pendekatan yang menyajikan literasi sebagai pelengkap pembangunan, dan menawarkan arah baru: literasi sebagai poros perubahan.
| Penulis | Ahmad Nurefendi Fradana; Joko Susilo |
| Dimensi | 14x21 cm |
| Tebal | 127 Halaman |
| Terbit | Agustus 2025 |
| Format | Softcover |
